Kamis, 27 Agustus 2015

Dear Kamu...,



DEAR KAMU…

            Orang berkata bahwa jalan kehidupan telah diatur sesempurna mungkin oleh sang pencipta, dan mungkin apa yang terjadi dalam kisahku ini pun telah ditetapkan sebagai jalan terbaik oleh Nya, namun sering kali ku merasa bahwa ada yang salah dari takdir ini, dan hasrat hati begitu besar tuk merubahnya.

            Ingatkah engkau pada masa itu? Masa dimana ku merasa kau akan pergi meninggalkanku selamanya, hari itu ku merasa amat terpuruk melihat kebahagiaanmu dengannya, entah apa yang kurasa, meski ku tak begitu baik mengenalmu, namun saat kau akan beranjak pergi, hati ini terasa sukar tuk menerima dan mengerti. Aku memang baru kali itu menatapmu, perkenalan yang singkat tak memberiku banyak waktu untuk mengenalmu, meski begitu, kau yang hampir setiap waktu bercerita padaku lewat pesawat telepon, diam-diam telah menuliskan banyak kenangan indah didalam hati. Mungkin karna hal itu hatiku terasa nyeri saat kau akan pergi, bukan karna paras indah wajahmu yang ku akui mengejutkanku pula. Hari itu berjuta rasa hadir didalam jiwa, membuat hatiku gundah serta gelisah, ingin rasanya ku bergegas pergi tinggalkan engkau, agar bebas kau dengannya saling bercengkrama berdua, namun entah kenapa ada tatap matamu yang seakan menghalangi jalanku, terpaksa ku terpaku dalam situasi yang semakin menyudutkanku. Hatiku tak mampu bertahan lama, memaksa ragaku tuk pergi menjauh, meski sejujurnya hati kecil terus berbisik untuk tetap tinggal dan menatap indah wajahmu, langkah demi langkah ku perlahan menjauh seiring untaian tanya yang keluar dari benak ku, Apa aku mencintaimu??

            Hari-hari berlalu tinggalkan masa yang amat pilu itu, namun bayangmu tetap tak mau pudar dibawa angin yang berlalu, begitupun suara tawamu yang tempo hari selalu kudengar, mereka tetap tinggal dan kembali terdengar disetiap datang hening suasana. Ingin hati menghubungimu kembali, namun canggung rasanya aku tuk turuti hasrat itu, mungkin saja kini kau tengah tertawa terbahak bahagia dengannya sang pendampingmu, aku takut mengganggu kebahagiaanmu, aku takut hanya menjadi belenggu dalam hidupmu yang baru.

            Ya, kutegaskan hati tuk segera pergi tinggalkan semua tentangmu yang kini telah jauh tak dapat kusentuh, walau kini ku yakin bahwa aku benar-benar mencintaimu, tapi sepertinya harus ku kubur dalam-dalam semua rasa itu, dan biarkan semua kenangan menjadi hiasan dalam hati. Dulu kau hadir membawa senyumku yang sempat hilang karenanya, kau balut luka-lukaku penuh kasih yang tulus, aku yang sekarat dan tak memiliki lagi semangat kau rawat hingga ku kembali kuat. Kau malaikat yang telah memikat hatiku saat jiwa ini serasa tak berharga dimata dunia, saat itu kupikir kau lah segalanya, meski tak ku tahu apa yang kau rasa terhadapku.

            Ratusan hari telah kulewati, berharap esok aku akan lupa pada sepenggal cinta yang tak menjadi nyata, aku memang bukan pujangga sang jawara dalam merajut cinta, berkali ku hanyut tenggelam dalam danau cinta yang fana tak membuatku jera, dan kini kurasa aku telah kembali tenggelam dalam cinta yang kau sajikan tanpa cerita. Tapi ku rasa ada yang berbeda, sekian lama telah ku coba tuk melupakanmu serta membuka hati untuk yang lain, namun selalu saja aku tak bisa. Aku melihatmu disetiap mataku tertutup, dan airmataku berderai tiba-tiba meski ku tak memintanya, seakan teramat rindunya ia terhadapmu.

            Ada pepatah mengatakan, “Orang yang akan cepat hilang dari ingatan adalah orang yang paling kita benci” dan bila ku ingat semua tentangmu, sudah sepatutnya aku membencimu yang pergi meninggalkanku begitu saja setelah kau tabur semua keindahan dihatiku, kau harus tahu bahwa aku pun sanggup bahagia meski tanpamu, bila kau kini telah bersanding dengannya, akupun ingin kau melihat bahwa aku bisa menyanding dirinya yang dulu pernah amat kucintai. Aku akan hidup bahagia, sama sepertimu, meski aku tak pernah tahu apa yang sebenarnya hati ini kehendaki.

            Lama tak kudengar tentangmu yang kini entah dimana, hingga waktu menyeret rinduku kalahkan benci yang bersemayam dalam hati, meski tetap emosi karna kau tinggal pergi, bisik hati kecil selalu bertanya akan keberadaan serta kabarmu, ku tahu itu rindu, dan tak bisa selalu ku munafiki hatiku sendiri, jiwaku rindu mendengar tawa ceriamu yang dulu selalu hiasi hariku. Tuhan, aku berdosa karna merindunya, terlebih dia kini tlah memiliki belahan jiwa yang selalu ada untuknya...

0 komentar:

Posting Komentar

 
;