Sabtu, 05 September 2015

DEAR KAMU...,



DEAR KAMU…

            Kudengar hari ini adalah hari spesial untukmu, rasanya ingin sekali aku ada disampingmu tuk sekedar memberi ucapan selamat, maaf bila sebelumnya aku tak pernah tahu kapan hari ulang tahunmu, karna memang belum sempat aku menanyakan hal itu kepadamu dulu. Sejujurnya aku ingin mengetahui semua tentangmu itu langsung dari mulutmu, bukan dari media sosial atau orang lain, tapi ya sudahlah ku disini hanya mampu memberi doa yang terbaik untukmu.

            Tapi hatiku berkata, mungkin ini saat yang tepat bagiku untuk mulai kembali menyapamu, toh sebenarnya nomor ponselmu masih ku simpan di phone book. Namun ada sedikit ragu dalam benak ku, masih mau kah kau membalas pesan singkatku, rasanya tak mungkin lagi kau mau menanggapiku, kau sudah jelas-jelas hidup bahagia dengan nya, takan berarti lagi aku disisimu. Tapi rindu tak mau peduli akan semua itu, ia tetap memaksa aku untuk mencoba menghubungi kamu lagi.

            Meski tetap dengan keraguan dalam hati, kucoba beranikan diri untuk kembali menyapamu meski hanya lewat pesan singkat. Sekedar basa-basi ku kirimkan kau ucapan selamat ulang tahun yang sebenanya aku sendiri tak tahu sudah terlambat ataukah belum, namun tak kusangka, sapaan sederhanaku ternyata begitu cepat kau tanggapi, bahkan tanpa harus ku memberi tahumu, kau lebih dulu tahu bahwa yang mengirim pesan itu adalah diriku, hatiku tertawa amat lepas saat itu, seakan mengejek realita dan menepis dengan kasar semua rasa yang menganggap kau telah melupakanku. Aku kembali yakin bahwa harapan untuk ku masih lah ada, cinta ku akan terbalaskan pada masanya nanti.

            Sedikit canggung aku mengobrol denganmu, padahal itu hanya lewat pesan singkat, aku tak tahu akan seperti apa jadinya bila aku harus bicara secara langsung denganmu, mungkin lidahku akan kelu serta tubuhku menggigil tak menentu. Topik demi topik pembicaraan kita coba mulai garap, membuatku semakin nyaman mengobrol denganmu dan entah ini benar atau tidak, tapi aku merasa kau pun bahagia saat melakukan obrolan hangat itu denganku, bahkan kau mengabaikan pasanganmu yang jelas-jelas saat itu ada disampingmu, itu semua membuat hatiku bertanya-tanya, kenapa kau sampai seperti ini, apa kau tak bahagia dengannya?? Padahal sepertinya kau begitu bahagia hidup berdampingan dengannya, semua kebutuhanmu tercukupi olehnya.

            Namun untuk saat ini, jawaban dari pertanyaanku tadi itu sepertinya tidaklah penting, bahkan seharusnya aku merasa bahagia dengan sikapmu yang seperti itu, luka rindu sedikit demi sedikit mulai terobati, dan ku berharap ini akan menjadi awal yang baik untuk niatku mencari bahagianya cinta. Tak puas hatiku hanya berbalas pesan singkat, kucoba untuk menelfonmu, berharap kan ku dengar lagi suaramu yang dulu begitu lekat di dalam qalbu. Waktu terhenti sejenak saat kudengar suara merdumu memanggil namaku, bibirku kelu untuk menjawab sapamu, sungguh hari yang begitu indah untuk ku, rasanya doa ku selama delapan bulan ini terbayar sudah, ingin ku bersyujud syukur kepada Nya seraya berkata “ Tuhan terima kasih telah Kau kabulkan pintaku, dan aku berjanji pada Mu, aku akan kembali merebutnya serta membawanya ke lembah yang penuh bahagia, ku harap Kau kembali meridhoi”.

            Bagai bunga yang hampir mati kekeringan lalu mendapat guyuran air hujan yang begitu sejuk, seperti itulah kabar cintaku saat ini, penantianku selama ini, harapanku yang semakin hari semakin kecil itu kini hidup kembali dengan semangat yang baru lagi. Tak peduli kau merasakan hal yang sama atau tidak, namun yang pasti aku akan membuatmu mencintaiku dan pergi meninggalkannya untuk bersama denganku, memang terdengar begitu jahat dan kejam, bahkan bila ada yang mendengarnya mungkin akan menyebutku gila, tapi hatiku menegaskan bahwa itu semua nyata semangat mengejar bahagia dari cinta.

            Hatiku masih menikmati kebahagiaannya, merangkul erat kebersamaan yang selama ini ia rindukan, tak ingin kurusak semua suasana yang membuat bahagia ini, kuredam hasratku untuk mengaku, mengaku bahwa aku selalu merindukanmu, aku tak bisa bila jauh darimu, aku tak kuasa melupakanmu, aku juga tak mampu gantikan posisimu dengannya, dan untuk mengakui bahwa aku memang benar-benar tak lagi mencintai dirinya yang kini tengah terlelap disampingku.

0 komentar:

Posting Komentar

 
;