DEAR
KAMU…
Kudengar hari ini adalah hari spesial
untukmu, rasanya ingin sekali aku ada disampingmu tuk sekedar memberi ucapan
selamat, maaf bila sebelumnya aku tak pernah tahu kapan hari ulang tahunmu,
karna memang belum sempat aku menanyakan hal itu kepadamu dulu. Sejujurnya aku
ingin mengetahui semua tentangmu itu langsung dari mulutmu, bukan dari media
sosial atau orang lain, tapi ya sudahlah ku disini hanya mampu memberi doa yang
terbaik untukmu.
Tapi hatiku berkata, mungkin ini
saat yang tepat bagiku untuk mulai kembali menyapamu, toh sebenarnya nomor
ponselmu masih ku simpan di phone book. Namun ada sedikit ragu dalam benak ku,
masih mau kah kau membalas pesan singkatku, rasanya tak mungkin lagi kau mau
menanggapiku, kau sudah jelas-jelas hidup bahagia dengan nya, takan berarti
lagi aku disisimu. Tapi rindu tak mau peduli akan semua itu, ia tetap memaksa
aku untuk mencoba menghubungi kamu lagi.
Meski tetap dengan keraguan dalam
hati, kucoba beranikan diri untuk kembali menyapamu meski hanya lewat pesan
singkat. Sekedar basa-basi ku kirimkan kau ucapan selamat ulang tahun yang
sebenanya aku sendiri tak tahu sudah terlambat ataukah belum, namun tak
kusangka, sapaan sederhanaku ternyata begitu cepat kau tanggapi, bahkan tanpa
harus ku memberi tahumu, kau lebih dulu tahu bahwa yang mengirim pesan itu
adalah diriku, hatiku tertawa amat lepas saat itu, seakan mengejek realita dan
menepis dengan kasar semua rasa yang menganggap kau telah melupakanku. Aku
kembali yakin bahwa harapan untuk ku masih lah ada, cinta ku akan terbalaskan
pada masanya nanti.
Sedikit canggung aku mengobrol
denganmu, padahal itu hanya lewat pesan singkat, aku tak tahu akan seperti apa
jadinya bila aku harus bicara secara langsung denganmu, mungkin lidahku akan
kelu serta tubuhku menggigil tak menentu. Topik demi topik pembicaraan kita
coba mulai garap, membuatku semakin nyaman mengobrol denganmu dan entah ini
benar atau tidak, tapi aku merasa kau pun bahagia saat melakukan obrolan hangat
itu denganku, bahkan kau mengabaikan pasanganmu yang jelas-jelas saat itu ada
disampingmu, itu semua membuat hatiku bertanya-tanya, kenapa kau sampai seperti
ini, apa kau tak bahagia dengannya?? Padahal sepertinya kau begitu bahagia
hidup berdampingan dengannya, semua kebutuhanmu tercukupi olehnya.
Namun untuk saat ini, jawaban dari
pertanyaanku tadi itu sepertinya tidaklah penting, bahkan seharusnya aku merasa
bahagia dengan sikapmu yang seperti itu, luka rindu sedikit demi sedikit mulai
terobati, dan ku berharap ini akan menjadi awal yang baik untuk niatku mencari
bahagianya cinta. Tak puas hatiku hanya berbalas pesan singkat, kucoba untuk
menelfonmu, berharap kan ku dengar lagi suaramu yang dulu begitu lekat di dalam
qalbu. Waktu terhenti sejenak saat kudengar suara merdumu memanggil namaku,
bibirku kelu untuk menjawab sapamu, sungguh hari yang begitu indah untuk ku,
rasanya doa ku selama delapan bulan ini terbayar sudah, ingin ku bersyujud
syukur kepada Nya seraya berkata “ Tuhan terima kasih telah Kau kabulkan
pintaku, dan aku berjanji pada Mu, aku akan kembali merebutnya serta membawanya
ke lembah yang penuh bahagia, ku harap Kau kembali meridhoi”.
Bagai bunga yang hampir mati
kekeringan lalu mendapat guyuran air hujan yang begitu sejuk, seperti itulah
kabar cintaku saat ini, penantianku selama ini, harapanku yang semakin hari
semakin kecil itu kini hidup kembali dengan semangat yang baru lagi. Tak peduli
kau merasakan hal yang sama atau tidak, namun yang pasti aku akan membuatmu
mencintaiku dan pergi meninggalkannya untuk bersama denganku, memang terdengar
begitu jahat dan kejam, bahkan bila ada yang mendengarnya mungkin akan
menyebutku gila, tapi hatiku menegaskan bahwa itu semua nyata semangat mengejar
bahagia dari cinta.
Hatiku masih menikmati
kebahagiaannya, merangkul erat kebersamaan yang selama ini ia rindukan, tak
ingin kurusak semua suasana yang membuat bahagia ini, kuredam hasratku untuk
mengaku, mengaku bahwa aku selalu merindukanmu, aku tak bisa bila jauh darimu,
aku tak kuasa melupakanmu, aku juga tak mampu gantikan posisimu dengannya, dan untuk
mengakui bahwa aku memang benar-benar tak lagi mencintai dirinya yang kini
tengah terlelap disampingku.
0 komentar:
Posting Komentar