DEAR
KAMU…
Dalam keheningan, angin yang sejuk
menyapa dan menyadarkanku, bahwa bila ku terus bersamamu hanya dosa lah yang
semakin hari semakin tak terkira besarnya, kesucian cinta jelas akan
terkontaminasi oleh hal-hal negatif yang keluar dari ke egoisan cinta.
Keputusanmu untuk menjaga jarak denganku mungkin adalah keputusan yang paling
tepat untuk menjaga rasa cinta ini agar tetap suci, namun aku tak yakin bisa
bila harus kembali berjauhan dengan suaramu, dengan tawamu dan dengan candamu.
Dulu aku amat tersiksa jauh darimu
dan kini semua itu akan kembali terulang, rasanya sungguh tak adil untuk
hatiku, namun status yang kita sandang saat ini memaksa kita untuk kembali
berjauhan, dan meski begitu, kuharap kau tak meninggalkanku seutuhnya, kuharap
masih ada waktumu untuk ku, meski tak banyak mungkin itu akan menjadi waktu
yang amat berarti bagiku.
Sehari aku tanpamu, tanpa suara dan
pesan singkat darimu yang kemarin begitu sering masuk ke ponselku, seakan
matahari berhenti bersinar, aku tak mampu mengerti apa yang terjadi, aku bak se
ekor anak ayam yang dengan sengaja ditinggalkan induknya. Aku benar-benar tak
sanggup hidup dengan situasi seperti ini, aku tlah terbiasa dan nyaman
bersamamu, aku sungguh tak bisa hidup tanpamu, dan lebih sialnya lagi, ini
barulah sehari, aku tak tahu akan seperti apa jadinya bila kau benar-benar
pergi meninggalkanku untuk waktu yang lama.
Sebenarnya aku sedikit malu untuk
mengatakan ini semua,meski aku sudah tak merasa canggung denganmu tapi tetap
saja masih ada sedikit rasa malu untuk mengungkapkan apa yang sebenarnya hatiku
rasakan, aku tak ingin kau menjaga jarak dariku, aku tak ingin kau mulai pergi
menjauh, aku sungguh tlah merasa nyaman saat bersamamu. Tetaplah bersamaku,
tetaplah seperti ini, bertahanlah bersamaku dalam keadaan yang seperti ini,
bukan kah ku tlah berjanji padamu, ini semua takan lama, bahagia akan segera
menyapa kita diujung semua dusta dan luka yang selama ini kita alami.
Dan sejujurnya aku pun tahu tentang
isi hatimu yang jelas sama denganku, ku tahu kau pun tak ingin pergi dariku,
namun apa yang kita lakukan saat ini memanglah dosa besar, dan karena itu kau
mulau meracau tak menentu, ku tahu persis seperti apa kau menghargai Nya,
sekuat apa imanmu. Akupun tak bisa memaksakanmu untuk tetap bersamaku merangkai
bahagia diatas dosa yang amat kau takuti, Tuhan maha mengerti, dia pasti
mengerti apa yang hambanya rasakan, sungguh aku tak peduli dengan semua dosa itu,
aku hanya inginkan kau ada untuk ku, ku ingin kau berikan waktumu untuk ku
meski hanya untuk menyapaku di ujung telepon.
Berhentilah memunafiki hati sendiri,
kau dan aku kini tlah jauh lebih dekat, kau mengerti benar seperti apa diriku,
dan aku pun mulai mengerti seperti apa dirimu. Sudahlah, ku tahu kita memiliki
rasa yang sama, berhenti berniat untuk pergi, kita bisa bertahan disini, kan ku
genggam tanganmu selama badai topan ini belum berakhir, ku hanya butuh satu hal
darimu, Kesabaran.
Cinta kita memang rumit, ditambah
lagi situasi seperti ini lebih menyiksa kita, ku tahu emosianolmu takan mampu
terus bertahan dengan keadaan seperti ini, namun ku tahu kau mampu tuk tetap
tegar dan sabar, meski ku tak tahu sebesar apa cintamu padaku, namun selalu ku
yakinkan hatiku sendiri bahwa kau takan pernah pergi jauh dariku, karna
sesungguhnya kaulah takdirku.
0 komentar:
Posting Komentar