Rabu, 16 September 2015

DEAR KAMU...,

DEAR KAMU…

            Dalam keheningan, angin yang sejuk menyapa dan menyadarkanku, bahwa bila ku terus bersamamu hanya dosa lah yang semakin hari semakin tak terkira besarnya, kesucian cinta jelas akan terkontaminasi oleh hal-hal negatif yang keluar dari ke egoisan cinta. Keputusanmu untuk menjaga jarak denganku mungkin adalah keputusan yang paling tepat untuk menjaga rasa cinta ini agar tetap suci, namun aku tak yakin bisa bila harus kembali berjauhan dengan suaramu, dengan tawamu dan dengan candamu.

            Dulu aku amat tersiksa jauh darimu dan kini semua itu akan kembali terulang, rasanya sungguh tak adil untuk hatiku, namun status yang kita sandang saat ini memaksa kita untuk kembali berjauhan, dan meski begitu, kuharap kau tak meninggalkanku seutuhnya, kuharap masih ada waktumu untuk ku, meski tak banyak mungkin itu akan menjadi waktu yang amat berarti bagiku.

            Sehari aku tanpamu, tanpa suara dan pesan singkat darimu yang kemarin begitu sering masuk ke ponselku, seakan matahari berhenti bersinar, aku tak mampu mengerti apa yang terjadi, aku bak se ekor anak ayam yang dengan sengaja ditinggalkan induknya. Aku benar-benar tak sanggup hidup dengan situasi seperti ini, aku tlah terbiasa dan nyaman bersamamu, aku sungguh tak bisa hidup tanpamu, dan lebih sialnya lagi, ini barulah sehari, aku tak tahu akan seperti apa jadinya bila kau benar-benar pergi meninggalkanku untuk waktu yang lama.

            Sebenarnya aku sedikit malu untuk mengatakan ini semua,meski aku sudah tak merasa canggung denganmu tapi tetap saja masih ada sedikit rasa malu untuk mengungkapkan apa yang sebenarnya hatiku rasakan, aku tak ingin kau menjaga jarak dariku, aku tak ingin kau mulai pergi menjauh, aku sungguh tlah merasa nyaman saat bersamamu. Tetaplah bersamaku, tetaplah seperti ini, bertahanlah bersamaku dalam keadaan yang seperti ini, bukan kah ku tlah berjanji padamu, ini semua takan lama, bahagia akan segera menyapa kita diujung semua dusta dan luka yang selama ini kita alami.

            Dan sejujurnya aku pun tahu tentang isi hatimu yang jelas sama denganku, ku tahu kau pun tak ingin pergi dariku, namun apa yang kita lakukan saat ini memanglah dosa besar, dan karena itu kau mulau meracau tak menentu, ku tahu persis seperti apa kau menghargai Nya, sekuat apa imanmu. Akupun tak bisa memaksakanmu untuk tetap bersamaku merangkai bahagia diatas dosa yang amat kau takuti, Tuhan maha mengerti, dia pasti mengerti apa yang hambanya rasakan, sungguh aku tak peduli dengan semua dosa itu, aku hanya inginkan kau ada untuk ku, ku ingin kau berikan waktumu untuk ku meski hanya untuk menyapaku di ujung telepon.

            Berhentilah memunafiki hati sendiri, kau dan aku kini tlah jauh lebih dekat, kau mengerti benar seperti apa diriku, dan aku pun mulai mengerti seperti apa dirimu. Sudahlah, ku tahu kita memiliki rasa yang sama, berhenti berniat untuk pergi, kita bisa bertahan disini, kan ku genggam tanganmu selama badai topan ini belum berakhir, ku hanya butuh satu hal darimu, Kesabaran.


            Cinta kita memang rumit, ditambah lagi situasi seperti ini lebih menyiksa kita, ku tahu emosianolmu takan mampu terus bertahan dengan keadaan seperti ini, namun ku tahu kau mampu tuk tetap tegar dan sabar, meski ku tak tahu sebesar apa cintamu padaku, namun selalu ku yakinkan hatiku sendiri bahwa kau takan pernah pergi jauh dariku, karna sesungguhnya kaulah takdirku.

0 komentar:

Posting Komentar

 
;