Rabu, 09 September 2015

DEAR KAMU...,

DEAR KAMU…

            Ditengah aktivitasku hari ini, terbersit anganku tentangmu, entah ada apa denganmu, namun sedari pagi pikirku selalu tentangmu, semua aktivitasku menjadi tak menentu, dan kadang aku merasa ingin berlari dari segala kesibukanku lalu menjemputmu untuk pergi ke sebuah tempat yang penuh dengan kedamaian dan cinta. Lega rasanya hatiku ketika mendengar kau baik-baik saja, terlebih ini adalah jam makan siang, mungkin kau tengah bersamanya menikmati hidangan santap siang yang seperti biasa kau lah yang menyiapkan segalanya, hal itu kadang membuatku iri, aku yang setiap kali makan siang di luar rumah dan tentunya tak ada yang menemani sering bermimpi kau hadir membawa sebuah bingkisan berisikan masakanmu, tak jarang pula ku berkhayal mendapatkan suapan mesra yang ditambah senyum manis dari bibirmu.

            Tapi ya sudahlah, itu hanya anganku saja, memilikimu secara utuh mungkin memang akan terjadi, namun aku sungguh belum tau pasti kapan semua itu akan benar-benar terjadi. Disisi lain aku mulai mengerti tentangmu yang telah terlanjur menyayanginya, dia yang begitu amat sabar, amat menyayangimu tanpa kau sadari telah mengambil sebahagian hatimu, ya, memang ku tahu dia seorang yang amat penyayang, dia juga begitu sabar menghadapi sifat dan sikafmu yang terkadang aku pun tak mampu memahaminya, entah apa yang kini ada dalam benakmu, apa kelak kau sanggup meninggalkannya untuk bersamaku?

            Kau mengerti dengan pasti apa yang aku ingini, namun sejujurnya aku tak begitu banyak tahu tentang hasrat dalam hatimu, meski aku bersungguh dengan semua ucapku, namun ku tahu kau tak mempercayainya sepenuh hatimu, mungkin karna status kita yang kini memang teramat rumit. Kau seorang yang memegang teguh nilai-nilai keagamaan yang orang tua mu ajarkan selalu berusaha menunaikan semua kewajibanmu padanya, hingga rasanya takan mungkin dia mau melepaskanmu dari sampingnya, karna bagiku, pasangan sepertimu lah yang orang bilang pasangan sempurna, kau berpekerti dan amat menjaga perasaan hati, kau berbudi dan tak pernah tinggalkan tanggung jawabmu sebagai seseorang yang harus selalu berbakti. Dari situ ku mulai mengerti, bahwa jalan yang telah ku pilih bukanlah jalan yang landai, tapi curam dan penuh kerikil panas yang dibakar matahari ber api.

            Hatiku bertambah gundah ketika kumengingat kata-katamu semalam, kau tak sanggup dengan apa yang tengah kita jalani, kau akan segera pergi tinggalkan ku kembali, tak bisa kau mengkhianatinya yang selalu ada saat kau terluka, bahkan kau memintaku untuk pergi melupakanmu, oh Tuhan apa memang kisah ini akan kembali berakhir seperti dulu? Ku tahu kau ingin menemaniku, mengobati semua luka hatiku, tapi kau pun tak ingin kembali membuat luka pada orang lain, aku mengerti itu semua, tapi aku tak bisa untuk memunafiki hatiku kembali, aku menginginkan engkau selalu ada untuk ku, tak peduli siapa yang akan tersakiti oleh karena itu.

            Kegundahan hatimu itu amatlah manusiawi, tapi cintaku terlanjur buta, tak peduli apa yang kau rasa, tulus mencinta atau bahkan mungkin kau hanya sekedar mengiba, tapi kehadiranmu dalam hidupku adalah pelengkap sekaligus menjadi benih-benih semangat yang amat kuharap. Ku inginkan kau mulai mengerti tentang semua ini, ku hanya meminta kau bersabar menanti hingga suatu hari aku mampu buktikan semua omong kosong ini, memang tak mudah menanti dalam kondisi yang seperti ini, dan ku tahu kau bukanlah orang yang sabar menahan emosi dan iri hati, namun demi cinta dan cerita kita, kuharap kau mulai bisa terima semua ini dengan keteguhan hati.


            Bersabarlah bersamanya, jadilah seperti apa yang ia minta, dan mengertilah bahwa ia akan melakukan segalanya saat kau berubah tak seperti apa yang ia minta, kau pintar menghangatkan suasana dan ku yakin takan terjadi apa-apa padamu meski kau tetap bersamanya, jangan pernah membuatnya marah, karna itu hanya akan melukai ragamu sendiri, dan aku tak inginkan itu semua terjadi, meski besar anganku untuk selalu melindungimu, namun posisiku saat ini tak pernah mengijinkanku untuk ada disampingmu. Biarkan aku yang menahan rasa perih dari sayatan kisah mu dengannya, kurasa aku cukup kuat menahan semuanya, lagipula aku bersumpah, ini takan lama lagi, semua akan segera berakhir, dan kehidupan baru kita akan segera dimulai.

0 komentar:

Posting Komentar

 
;